Selasa, 07 Juni 2016

BUDAYA DAN IKLIM ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN



logo_universitas_negeri_malang.jpgBUDAYA DAN IKLIM ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Menurut Sonhadji dalam (Soetopo:2010) budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi. Budaya organisasi mengacu kepada norma, prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi. Bahwa budaya organisasi adalah suatu nilai, keyakinan, norma, asumsi dan mitos yang mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi. Fungsi budaya organisasi dibagi menjadi 2 yaitu fungsi eksternal dan internal. Fungsi eksternal budaya organisasi adalah untuk melalukan adaptasi terhadap lingkungan di luar organisai oleh karena itu organisasi akan selalu ada penyesuaian semakin kuat budaya organisasi makin tidak mudah terpengaruh oleh budaya yang berkembang di lingkungan.
Fungsi internal yaitu berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada di organisasi termasuk sumberdaya manusia. Kekentalan fungsi integrasi semakin kuat jika di dalam organisasi berkembang norma, tradisi, peraturan dll, yang terus-menerus dipupuk oleh anggota organisasi.
Menurut Soetopo (2010: 168-169) komponen – komponen budaya organisasi memiliki beberapa karakteristik yaitu : nilai – nilai, yaitu keyakinan milik bersama dan filsafat anggotanya, pahlawan organisasi / keteladanan, yaitu anggota organisasi yang memiliki kepribadian terbaik dan memiliki nilai-nilai yang kuat tentang budaya organisasi, tanggung jawab, artinya setiap pegawai bertanggungjawab atas setiap tindakan dan keputusan, kebersamaan / intimasi, yaitu menciptakan situasi di dalam organisasi dimana setiap orang bias saling berhubungan Otonomi individu, yaitu kebebasan, tanggung jawab, dan kesempatan individu untuk berinisiatif dalam organisasi, dan tata aturan / norma, yaitu peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol perilaku pegawai. Dengan merujuk pada pemikiran Fred Luthan, dan Edgar Schein, yang dikutip oleh Sudrajat (2008).Di bawah ini akan diuraikan tentang karakteristik budaya organisasi di sekolah, yaitu tentang (1) obeserved behavioral regularities; (2)norms; (3) dominant value. (4) philosophy; (5) rules dan (6)organizationclimate. Menurut schein dalam Soetopo (2010:173) budaya dibagi menjadi 3 tingkat yaitu, artifak dan kreasi, yaitu pola prilaku yang dapat dilihat atau di dengar, nilai , dapat di uji dalam lingkungan fisik, tingkat lebih tinggi mengenai kesadaran, dan asumsi dasar, yaitu mengenai hubungan manusia dengan lingkungan dan manusia dengan manusia, atau hakekat sifat dasar manusia.
               Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan. Dikatakan lebih lanjut, bahwa ada “tiga konsep” iklim yang berbeda telah digambarkan dan dianalisis yaitu iklim terbuka, iklim sehat, dan iklim social. Menurut Suherman (2011) terdapat 4 klasifikasi iklim organiasi yaitu :
1.      Iklim Terkendali (engaged climate)
2.      Iklim Lepas (disengaged climate)
3.      Iklim Tertutup (closed climate)
4.      Iklim Terbuka (open climate)
Iklim Organisasi Sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan internal dan eksternal baik lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik. Aspek-aspek lingkungan fisik yang mempengaruhi ikilm organisasi sekolah meliputi (1) kebersihan ruangan dan halaman, (2) kesehatan personil (guru, tata usaha dan siswa), (3) ketertiban dalam melaksanakan aturan atau kesepakatan bersama, (4) interaksi kerjasama antar sekolah dengan masyarakat, (5) bukti monumental hasil kerja sama sekolah dengan masyarakat, dan (6) pernyataan bersama saling membutuhkan saling membantu antar sekolah dan masyarakat. Sedangkan aspek-aspek non fisik, meliputi (1) rasa keluarga dan kebersamaan personil, (2) semangat dan komitmen kerja personil, (3) kebanggaan melaksanakan tugas, dan (4) saikap saling membantu antar personil. Budaya organisasi mempengaruhi keefektifan organisai. Budaya organisasi yang kuat adalah keadaan dimana setiap karyawa mengetahui tujuan organisasi dan mereka bekerja untuk organisasi tersebut. Sedangkan budaya yang lemah tujuan karyawan berbeda beda, kurang kejelasan aturan dan kebersamaan karyawan kurang. Namun tidak selalu budaya organisasi kuat selalu efektif melainkan dilihat kembali situasi yang ada.
Perilaku kepemimpinan mempengaruhi budaya organisasi, sedangkan budaya iklim mempengaruhi iklim organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dipengaruhi oleh prilaku kepemimpinan, sementara budaya organisasi mempengaruhi budaya organisasi dan keefektifan organisai. Budaya organisasi yang kuat diikuti makin terbukanya iklim organisasi yang terbuka, dan pada saatnya akan meningkatkan keefektifan organisasi.