Rabu, 06 April 2016

Resensi Novel Teenlit : Simple Past Present Love


Judul Buku : Simple Past Present Love

Nama Pengarang : Thia Kyu Ori

Harga Buku : Rp. 36.000

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
               Jl. Palmerah Barat 29-37 Blok 1, Lt. 5 Jakarta 10270
Ukuran Buku : 13,5 cm x 20 cm

Tebal Buku : 232 Halaman

Tahun : Maret 2012

ISBN : 978-979-22-8181-1

Jenis Buku : Fiksi Roman 
Sinopsis cerita
 Andra cinta pertama Ferina. Cinta yang tak bisa dilupakannya. Indah sekaligus menyakitkan. Bagaimana tidak, Andra dan Faren (kembaran Ferina), menyimpan rahasia yang baru diketahui Ferina setelah Faren meninggal karena kecelakaan. Rahasia itu terangkum dalam diary milik Faren yang ditemukan Ferina beberapa saat setelah kematiannya. Saat Ferina membaca diary tersebut, hatinya hancur berkeping-keping. Ternyata selama ini Faren dan Andra menjalin hubungan. Ferina hanya membaca bagian yang menurutnya saat Faren bertingkah aneh, tapi itu saja sudah cukup untuk membuktikan hal itu. Ferina tak habis pikir,
bagaimana bisa Faren yang tumbuh  bersamanya, bermain bersamanya dan mendengar curhatannya tentang Andra ternyata mengkhianatinya? Bagaimana juga Andra, lelaki yang dicintainya sepenuh hati ternyata menjalin hubungan dengan saudara kembarnya? Ferina masih ingat tadi siang Andra menyatakan perasaan padanya. Ia tidak menyangka ternyata Andra membohonginya. Kesedihan Ferina karena kehilangan Faren kini tertutup amarah dan kebencian. Ia mencoba berdamai dengan hatinya, tapi sebagian jiwanya memberontak.
Kini, Ferina akan meninggalkan kota itu. Di situ ia tinggalkan keping-keping kenangan yang takkan pernah diraihnya lagi. Segenap kepahitan yang takkan ia cicipi lagi. Semua cerita yang takkan terulang kembali. Saat ini, ia melihat dan merasakan semua itu untuk terakhir kali. Begitu ia pergi, ia takkan pernah kembali lagi. Sebelum meninggalkannya, Ferina mengambil diary itu. Diary yang pernah remuk oleh amarahnya, pernah basah oleh air matanya, sampai akhirnya dia melemparnya dengan perasaan terluka yang tak tertahankan. Kini, ia meraihnya kembali dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian ia meninggalkan tempat itu menuju kota lain dan memulai lembaran baru hidupnya.
Di kota baru itu, Ferina mengenal Tama. Bersama Tama, perlahan Ferina terlepas dari bayang-bayang kelam masa lalunya. Namun hubungannya dengan Tama nyaris retak saat Andra muncul lagi dalam hidupnya. Penjelasan Andra membukakan mata Ferina. Ternyata Faren-lah yang meminta Andra menjadi pacar palsunya selama seminggu. Setelah itu, ia akan mengembalikan Andra kepada Ferina untuk selamanya. Awalnya, Andra tidak mau, tetapi Faren memohonnya dan mengatakan seolah tiada hari esok lagi baginya. Faren merasakan firasat buruk bahwa hidupnya takkan lama lagi. Akhirnya, Andra memenuhi permohonannya dengan syarat Ferina tidak boleh tahu mereka pernah menjalin hubungan. Kenyataan ini tertulis dalam diary Faren yang belum sempat dibaca habis oleh Ferina. 

Ferina akhirnya menghadapi kebenaran yang membuatnya harus memilih antara Andra dan Tama. Namun akhirnya, ia memilih Tama sebab Tama-lah yang membawa kembali senyumannya saat ia sedih. Andra pun akhirnya kembali ke kotanya sebab ia sadar ia sudah terlambat, tepatnya mereka sudah terlambat. Dia pergi membawa luka dan meninggalkan sesal. Dia tidak mendapatkan apa yang dicarinya. Namun cintanya saat ini akan menjadi masa lalu di hari esok. Dan semoga suatu hari nanti ia dapat menemukan seseorang yang ia sayangi dan menyayanginya.

Novel yang berjudul Simple Past Present Love ini merupakan novel pertama yang ditulis oleh Thia Kyu Ori. Sekalipun ini adalah karya pertamanya, novel ini sudah dapat dikatakan bagus. Kelebihan dari novel ini adalah kata-katanya yang terangkai dengan indah dan puitis. Pengarang mampu menjelaskan latar tempatnya dengan baik sehingga pembaca dapat membayangkannya. Selain itu, novel ini juga ada menggunakan bahasa asing dan sekalipun novel ini menggunakan alur campuran, pembaca tetap dapat memahami isi dari novel ini dengan baik. Tak hanya itu, jalan ceritanya yang lumayan seru juga menambah minat pembaca untuk membaca novel ini.
Seperti pepatah ‘tiada gading yang tak retak’, demikian juga dengan novel ini yang memiliki beberapa kekurangan. Kekurangannya yaitu adanya penggunaan bahasa yang tidak baku. Selain itu novel ini juga terlalu tipis dan kertasnya kurang bagus.

0 komentar:

Posting Komentar