BUDAYA DAN IKLIM ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN
Menurut Sonhadji dalam (Soetopo:2010) budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota
organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap
organisasi. Budaya organisasi mengacu kepada norma, prilaku, asumsi, dan
keyakinan dari suatu organisasi. Bahwa budaya organisasi adalah suatu
nilai, keyakinan, norma, asumsi dan mitos yang mempengaruhi cara bertindak
individu dalam organisasi. Fungsi budaya organisasi dibagi menjadi 2 yaitu
fungsi eksternal dan internal. Fungsi eksternal budaya organisasi adalah untuk
melalukan adaptasi terhadap lingkungan di luar organisai oleh karena itu
organisasi akan selalu ada penyesuaian semakin kuat budaya organisasi makin
tidak mudah terpengaruh oleh budaya yang berkembang di lingkungan.
Fungsi internal
yaitu berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada di organisasi
termasuk sumberdaya manusia. Kekentalan fungsi integrasi semakin kuat jika di
dalam organisasi berkembang norma, tradisi, peraturan dll, yang terus-menerus
dipupuk oleh anggota organisasi.
Menurut Soetopo (2010: 168-169) komponen – komponen budaya organisasi
memiliki beberapa karakteristik yaitu : nilai
– nilai, yaitu keyakinan milik bersama dan filsafat anggotanya, pahlawan
organisasi / keteladanan, yaitu anggota organisasi yang memiliki kepribadian
terbaik dan memiliki nilai-nilai yang kuat tentang budaya organisasi, tanggung
jawab, artinya setiap pegawai bertanggungjawab atas setiap tindakan dan
keputusan, kebersamaan / intimasi, yaitu menciptakan
situasi di dalam organisasi dimana setiap orang bias saling berhubungan Otonomi individu, yaitu kebebasan,
tanggung jawab, dan kesempatan individu untuk berinisiatif dalam organisasi, dan tata
aturan / norma, yaitu peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol
perilaku pegawai. Dengan merujuk pada pemikiran Fred
Luthan, dan Edgar Schein, yang dikutip oleh Sudrajat (2008).Di bawah
ini akan diuraikan tentang karakteristik budaya organisasi di sekolah, yaitu
tentang (1) obeserved behavioral regularities; (2)norms; (3) dominant
value. (4) philosophy; (5) rules dan (6)organizationclimate. Menurut schein dalam Soetopo (2010:173) budaya dibagi menjadi 3 tingkat
yaitu, artifak dan kreasi, yaitu pola prilaku yang dapat dilihat atau di
dengar, nilai , dapat di uji dalam lingkungan fisik, tingkat lebih tinggi
mengenai kesadaran, dan asumsi dasar, yaitu mengenai hubungan manusia dengan lingkungan
dan manusia dengan manusia, atau hakekat sifat dasar manusia.
Budaya organisasi mengacu pada
norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam
iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan
norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan. Dikatakan
lebih lanjut, bahwa ada “tiga konsep” iklim yang berbeda telah digambarkan dan
dianalisis yaitu iklim terbuka, iklim sehat, dan iklim social. Menurut Suherman
(2011) terdapat 4 klasifikasi iklim organiasi yaitu :
1.
Iklim
Terkendali (engaged climate)
2. Iklim Lepas (disengaged climate)
3. Iklim Tertutup (closed climate)
4. Iklim Terbuka (open climate)
Iklim Organisasi Sekolah dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan internal dan eksternal baik lingkungan fisik maupun
lingkungan non fisik. Aspek-aspek lingkungan fisik yang mempengaruhi ikilm
organisasi sekolah meliputi (1) kebersihan ruangan dan halaman, (2) kesehatan
personil (guru, tata usaha dan siswa), (3) ketertiban dalam melaksanakan aturan
atau kesepakatan bersama, (4) interaksi kerjasama antar sekolah dengan
masyarakat, (5) bukti monumental hasil kerja sama sekolah dengan masyarakat,
dan (6) pernyataan bersama saling membutuhkan saling membantu antar sekolah dan
masyarakat. Sedangkan aspek-aspek non fisik, meliputi (1) rasa keluarga dan
kebersamaan personil, (2) semangat dan komitmen kerja personil, (3) kebanggaan
melaksanakan tugas, dan (4) saikap saling membantu antar personil. Budaya organisasi
mempengaruhi keefektifan organisai. Budaya organisasi yang kuat adalah keadaan
dimana setiap karyawa mengetahui tujuan organisasi dan mereka bekerja untuk
organisasi tersebut. Sedangkan budaya yang lemah tujuan karyawan berbeda beda,
kurang kejelasan aturan dan kebersamaan karyawan kurang. Namun tidak selalu
budaya organisasi kuat selalu efektif melainkan dilihat kembali situasi yang
ada.
Perilaku kepemimpinan
mempengaruhi budaya organisasi, sedangkan budaya iklim mempengaruhi iklim
organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dipengaruhi oleh
prilaku kepemimpinan, sementara budaya organisasi mempengaruhi budaya
organisasi dan keefektifan organisai. Budaya organisasi yang kuat diikuti makin
terbukanya iklim organisasi yang terbuka, dan pada saatnya akan meningkatkan
keefektifan organisasi.