Selasa, 31 Mei 2016

KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL





KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL



Kepemimpinan transformatif adalah kepemimpinan yang mampu mentransformasi organisasi kearah yang lebih baik. Pemimpin tersebut mentransformasi dan memotivasi para pengikutnya dengan: (a)membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil–hasil suatu pekerjaan, (b)mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau tim daripada kepentingan diri sendiri dan (c)mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan mereka pada yang lebih tinggi. Tiga komponen kepemimpinan transformasional yaitu: (1)karisma, (2)stimulasi intelektual, (3)perhatian yang diindividualisasi. Pemimpin transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan, Karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan, bukannya sebagai pengontrol perubahan.
Teori kepemimpinan transaksional adalah teori yang didasarkan pada pertukaran pelayanan (dari seorang guru, misalnya) dengan berbagai macam bentuk upah (penghargaan gaji dan upah intrinsik) yang dikontrol oleh pemimpin, setidak-tidaknya pada bagian-bagian tertentu. Kepemimpinan transaksional adalah perilaku pemimpin yang memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan anggota yang melibatkan hubungan pertukaran. Penelitian mengenai kepemimpinan transaksional mengemukakan ada dua karakteristik utama tipe kepemimpinan transaksional, yaitu:
(a)pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan (b)pemimpin hanya melakukan tindakan koreksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan. Kepemimpinan transaksional dengan demikian mengarah pada upaya mempertahankan keadaan yang telah dicapai.
Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan memang perlu diterapkan seperti kepala sekolah, kepala dinas, dirjen, kepala departemen dan lain-lain. Model kepemimpinan ini memang perlu diterapkan sebagai salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan. kepemimpinan transformasional memperhatikan nilai-nilai kolektif umum seperti kebebasan, kesamaan, komunitas, keadilan, dan persaudaraan. Kepala sekolah yang menggunakan model transformasional harus melibatkan usaha mengangkat pandangan orang melampaui kepentingan diri menuju usaha bersama demi tujuan bersama.
Beberapa contoh yang menggambarkan sosok perilaku kepemimpinan kepala sekolah transaksional, seperti berikut ini: (1) Kepala sekolah transaksional memotivasi guru dan staf dalam arah dan tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah gaya ini juga menjelaskan persyaratan peran dan tugas. (2) Kepemimpinan transaksional didasarkan pada transaksi atau pertukaran sesuatu yang bernilai. (3) Kepala sekolah transaksional ingin memiliki atau mengendalikan pengikut agar berada pada koridor tugas, bukan sekedar sebagai imbalan atas pekerjaan selayaknya mengapresiasi juru kampaye untuk meraih suara. (4) Gaya kepemimpinan kepala sekolah transaksional menggunakan logika kerja kontraktor. Kontraktor memberikan layanan sesuai dengan nilai yang mereka beli atau terima. (5) Kepala sekolah transaksional menghindari tindakan pembuatan keputusan yang bersifat laissez-faire dan tidak mencerminkan tanggung jawab dirinya bersama guru dan staf. (6) Kepala sekolah transaksional hanya bekerja dengan baik ketik dia dan guru atau stafnya memahami dan sepakat mengenai tugas – tugas penting yang harus dilakukan dan diprioritaskan. (7) Kepala sekolah transaksional menjalankan manajemen dengan pengecualian (manajement by exception), bahkan adakalanya melakukan guru dan stafnya seperti tampak tidak peduli sampai ketika standar benar-benar tidak terpenuhi atau berperilaku pasif.

0 komentar:

Posting Komentar