KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL
Kepemimpinan transformatif adalah
kepemimpinan yang mampu mentransformasi organisasi kearah yang lebih baik. Pemimpin
tersebut mentransformasi dan memotivasi para pengikutnya dengan: (a)membuat
mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil–hasil suatu pekerjaan,
(b)mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau tim daripada
kepentingan diri sendiri dan (c)mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan mereka pada
yang lebih tinggi. Tiga komponen kepemimpinan transformasional yaitu:
(1)karisma, (2)stimulasi intelektual, (3)perhatian yang diindividualisasi. Pemimpin
transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan, Karena memang erat
kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi
utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan, bukannya sebagai pengontrol
perubahan.
Teori kepemimpinan transaksional adalah
teori yang didasarkan pada pertukaran pelayanan (dari seorang guru, misalnya)
dengan berbagai macam bentuk upah (penghargaan gaji dan upah intrinsik) yang
dikontrol oleh pemimpin, setidak-tidaknya pada bagian-bagian tertentu. Kepemimpinan
transaksional adalah perilaku pemimpin yang memfokuskan perhatiannya pada
transaksi interpersonal antara pemimpin dengan anggota yang melibatkan hubungan
pertukaran. Penelitian mengenai kepemimpinan transaksional mengemukakan ada dua
karakteristik utama tipe kepemimpinan transaksional, yaitu:
(a)pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan (b)pemimpin hanya melakukan tindakan koreksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan. Kepemimpinan transaksional dengan demikian mengarah pada upaya mempertahankan keadaan yang telah dicapai.
(a)pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan (b)pemimpin hanya melakukan tindakan koreksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan. Kepemimpinan transaksional dengan demikian mengarah pada upaya mempertahankan keadaan yang telah dicapai.
Implementasi model kepemimpinan
transformasional dalam bidang pendidikan memang perlu diterapkan seperti kepala
sekolah, kepala dinas, dirjen, kepala departemen dan lain-lain. Model
kepemimpinan ini memang perlu diterapkan sebagai salah satu solusi krisis
kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan. kepemimpinan transformasional
memperhatikan nilai-nilai kolektif umum seperti kebebasan, kesamaan, komunitas,
keadilan, dan persaudaraan. Kepala sekolah yang menggunakan model
transformasional harus melibatkan usaha mengangkat pandangan orang melampaui
kepentingan diri menuju usaha bersama demi tujuan bersama.
Beberapa contoh yang menggambarkan sosok
perilaku kepemimpinan kepala sekolah transaksional, seperti berikut ini: (1)
Kepala sekolah transaksional memotivasi guru dan staf dalam arah dan tujuan
yang ditetapkan. Kepala sekolah gaya ini juga menjelaskan persyaratan peran dan
tugas. (2) Kepemimpinan transaksional didasarkan pada transaksi atau pertukaran
sesuatu yang bernilai. (3) Kepala sekolah transaksional ingin memiliki atau mengendalikan
pengikut agar berada pada koridor tugas, bukan sekedar sebagai imbalan atas
pekerjaan selayaknya mengapresiasi juru kampaye untuk meraih suara. (4) Gaya
kepemimpinan kepala sekolah transaksional menggunakan logika kerja kontraktor.
Kontraktor memberikan layanan sesuai dengan nilai yang mereka beli atau terima.
(5) Kepala sekolah transaksional menghindari tindakan pembuatan keputusan yang
bersifat laissez-faire dan tidak
mencerminkan tanggung jawab dirinya bersama guru dan staf. (6) Kepala sekolah
transaksional hanya bekerja dengan baik ketik dia dan guru atau stafnya
memahami dan sepakat mengenai tugas – tugas penting yang harus dilakukan dan
diprioritaskan. (7) Kepala sekolah transaksional menjalankan manajemen dengan
pengecualian (manajement by exception),
bahkan adakalanya melakukan guru dan stafnya seperti tampak tidak peduli sampai
ketika standar benar-benar tidak terpenuhi atau berperilaku pasif.
0 komentar:
Posting Komentar